Entah, harus kusebut apa pertengkaran ini. Sudah berkali-kali kujelaskan, tetap saja kamu tak mengerti. Entah harus dengan bahasa apa lagi, agar pesanku bisa kamu pahami.
Bahwa aku tak pernah mau lagi memberi cinta atau perasaan apapun itu, sebuah definisi. Karena definisi itu terkadang membatasi. Seharusnya, segala sesuatu yang berhubungan dengan hati—termasuk cinta—itu tak terdefinisi. Sebab hati tak berkuota, maka apa yang ada di dalamnya pun selayaknya tak berbatas.
“Jadi, maksudmu cinta di antara kita ini akan lebih indah tanpa definisi?” tanyamu seraya membanting surat yang katanya susah payah kau buat untukku, sejak seminggu lalu. Continue reading